KEHIDUPAN MANUSIA ZAMAN PRA AKSARA
3.2 Menganalisis kehidupan manusia dan hasil-hasil budaya masyarakat Pra Aksara Indonesia
4.2 Menyajikan informasi mengenai manusia dan hasil-hasil budaya khususnya masyarakat Pra Aksara Indonesia
menurutmu kapan pertama kali manusia hadir dimuka bumi ini ? apakah kalian salah satu yang percaya teori darwin atau kalian adalah seorang yang percaya bahwa manusia tidak berevolusi dari kera ? (boleh di klik tulisan warna biru)
mungkin sudah dibahas juga tentang berbagai macam teori dari awal mula manusia di SMP. maka dari itu saya hanya akan membahas seperti apa sih kehidupan manusia pada zaman dulu ? apakah sama seperti yang kita tau sekarang, atau mungkin lebih canggih dari yang sekarang ? kita akan membahas dari zaman duluu sekali, sebelum manusia mengenal tulisan (pra aksara). kita beruntung memiliki peradaban yang jauh sekali dibanding dengan negara-negara di eropa, sehingga kita kaya akan pengetahuan kehidupan zaman dulu, yang memungkinkan kita jadi lebih mencintai tanah air kita. menurut kalian seperti apa sih manusia sebelum bisa menulis seperti sekarang ?. disini saya memaparkan 3 aspek dari peradaban (kehidupan) masa praaksara (prasejarah) yaitu manusianya, kehidupannya dan teknologinya, are you ready ?
1. Manusia purba (homo)
keberagaman dari manusia (homo) pada zaman pra aksara sering kita sebut dengan manusia purba, atau sering juga kita sebut dengan manusia pra aksara kenapa disebut menusia purba, seperti yang dijelaskan di awal, mereka belum meneganl tulisan dan menjalani hidup sederhana dan sangat bergantung kepada alam. manusia purba tertua yang pernah ditemukan di indonesia paling tua yaitu homo erektus yang ditemukan di bumiayu-jawa tengah dan bentuk manusia tersebut belum sperti sekarang, baru pada pada tahun 1970 ilmuan menemukan fosil manusia yang mirip dengan kita sekarang (homo sapien) di yunani.
sejak abad ke 18 M penelitian tentang manusia purba sudah dilakukan, dirintis oleh Eugene Dubois, seorang dokter Belanda. Penelitian dilakukan untuk mengetahui jenis – jenis manusia purba yang ada di Indonesia yang dapat dibuktikan dengan penemuan fosil-fosil yang banyak ditemukan di Solo, Pacitan, Ngandong, Mojokerto, dan Sangiran. Setelah melakukan banyak penilitian terkait manusia purba yang berada di Indonesia, para ahli mengelompokkan manusia purba di Indonesia menjadi tiga jenis berdasar hasil penemuan fosil manusia purba. Adapun tiga jenis manusia purba yang berada di Indonesia antara lain adalah :
a. Meganthropus ( Manusia Besar).
b. Pithecanthropus (Manusia Kera yang Berjalan Tegak).
c. Homo
Secara keseluruhan, ada sepuluh jenis manusia purba yang
berada di Indonesia, yaitu :
- Meganthropus
Paleojavanicus
- Pithecanthropus
Erectus
- Pithecanthropus
Soloensis
- Pithecanthropus
Mojokertensis
- Homo
Soloensis
- Homo
Erectus
- Homo
Floresiensis
- Homo
Habilis
- Homo
Wajakensis
- Homo
Sapiens
Berikut inilah penjelasan jenis-jenis manusia purba yang
fosilnya yang sudah ditemukan di Indonesia.
1). Meganthropus Paleojavanicus
Kata Meganthropus berasal dari dua kata yakni megas yang artinya besar dan anthropus yang artinya manusia. Sedangkan, kata Paleojavanicus berasal dari kata paleo yang artinya tua dan javanicus yang artinya Jawa. Jadi, Meganthropus Paleojavanicus berarti manusia raksasa tertua dari Jawa dan diperkirakan sebagai manusia purba tertua di Indonesia dan juga disebut sebagai salah satu fosil manusia purba yang paling primitif.
Meganthropus Paleojavanicus ditemukan oleh Van Koenigswald,
seorang peneliti Belanda pada tahun 1936 M di daerah Sangiran, Jawa Tengah dan
diperkirakan berusia 1-2 juta tahun saat masa penelitian. Penemuan fosil
meganthropus tidaklah ditemukan lengkap melainkan hanya berupa beberapa bagian
tengkorak, rahang bawah, serta beberapa gigi yang telah lepas. Jenis fosil ini
diperkirakan hidup dengan cara mengumpulkan bahan makanan terutama
tumbuh-tumbuhan.
Ciri – ciri Meganthropus Paleojavanicus :
- Makanannya
berupa jenis tumbuh – tumbuhan.
- Tidak
memiliki dagu sehingga lebih mirip kera.
- Memiliki
tonjolan yang tajam di belakang kepala.
- Memiliki
tulang pipi yang tebal dengan tonjolan kening yang mencolok.
- Memiliki
otot kunyah, gigi, dan rahang yang besar dan kuat.
- Memiliki
postur tubuh yang tegap.
2). Pithecanthrophus
Pithecantrophus merupakan jenis fosil manusia purba yang
paling banyak ditemukan di Indonesia. Di Indonesia, ada tiga jenis
Pithecanthrophus yang sudah ditemukan antara lain Pithecanthrophus Erectus,
Pithecanthrophus Mojokertensis, dan Pithecanthropus Soloensis. Berikut rincian
dari ketiga jenis fosil Pithecantrophus.
- Pithecanthrophus
Erectus
Penemu fosil Pithecanthrophus Erectus adalah seorang dokter
Belanda bernama Eugene Dubois. Awalnya ia mengadakan penelitian di Sumatera
Barat tetapi tidak menemukan apa-apa, lalu pindah ke pulau Jawa. Ia pun
berhasil menemukan fosil Pithecanthrophus Erectus di desa Trinil, Kabupaten
Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891. Pithecantrophus Erectus sendiri berarti
manusia kera yang berjalan tegak. Fosil yang ditemukan adalah berupa tulang
rahang atas, tulang kaki, dan tengkorak. Fosil Pithecanthrophus Erectus sendiri
ditemukan pada masa kala Pleistosen tengah.
Berdasarkan hasil penelitian, Pithecanthrophus Erectus
hidup dengan berburu kemudian mengumpulkan makanan serta hidup secara nomaden
yang artinya selalu berpindah – pindah tempat untuk mencari sumber bahan
makanan dari satu tempat ke tempat lain atau untuk melakukan pemburuan hewan –
hewan. Adapun ciri – ciri dari Pithecanthropus Erectus adalah :
- Volume
otaknya diantara 750 – 1350 cc.
- Tinggi
badan sekitar 165 – 180 cm.
- Postur
tubuh yang tegap tetapi tidak setegap meganthropus.
- Memiliki
gigi geraham yang besar dengan rahang yang sangat kuat.
- Memiliki
hidung yang tebal.
- Memiliki
tonjolan kening yang tebal dan melintang di dahi dari sisi ke sisi.
- Wajah
menonjol ke depan serta dahinya miring ke belakang.
- Pada
bagian belakang kepala terlihat menonjol yang mirip dengan wanita
berkonde.
- Memiliki
alat pengunyah dan alat tengkuk yang sangat kuat.
- Pithecanthrophus
Mojokertensis
Pithecanthrophus Mojokertensis disebut juga sebagai
Pithecantrophus Robustus. Von Koenigswald berhasil menemukan fosil yang hanya
berupa tulang tengkorak anak – anak yang dinamakan Pithecanthrophus
Mojokertensis di Jetis dekat Mojokerto, Jawa Timur. Selanjutnya, pada tahun
1936, Weidenrich menemukan fosil tengkorak anak yang dinamakan Pithecantropus
Robustus di Lembah Sungai Brantas, Desa Jetis, Mojokerto.
- Pithecanthrophus
Soloensis
Sedangkan, Pithecanthrophus Soloensis ditemukan di Ngandong,
Lembah Bengawan Solo oleh Von Koenigswald, Ter Harr dan Oppernoorth. Lebih
jelasnya, fosil ini ditemukan di dua tempat yang berbeda oleh Von Koenigswald
dan Oppernoorth di daerah Ngandong dan Sangiran sekitar tahun 1931 – 1933.
Adapun fosil yang ditemukan adalah berupa tengkorang dan juga tulang kering.
Fosil Pithecanthrophus yang ditemukan di Indonesia memiliki
umur yang bervariasi yakni diantara 30.000 sampai 1 juta tahun yang lalu, hal
itu didasarkan pada hasil pengukuran umur lapisan tanah.
Di dalam kehidupan sehari – hari, Pithecanthrophus
menggunakan peralatan yang terbuat dari batu atau kayu yang didapatkannya.
Berdasarkan hasil penelitian, tidak ditemukan tanda – tanda bahwa makanan yang
dimakan oleh Pithecanthrophus tersebut sudah diolah ataupun dimasak terlebih
dahulu sebelum dimakan meskipun pada saat itu mereka sudah menggunakan
peralatan dari kayu dan batu serta memakan apa saja yang terdapat di alam baik
berupa tumbuh – tumbuhan dan hewan.
Adapun contoh peralatan yang terbuat dari batu yang pernah
digunakan oleh Pithecanthrophus antara lain adalah kapak genggam, kapak
penetak, pahat, genggam, kapak perimbas, dan alat – alat serpih. Dimana
peralatan tersebut banyak ditemukan di sekitaran daerah Pacitan, Jawa Timur.
Adapun ciri-ciri dari Pithecantrophus secara umum antara
lain :
- Memiliki
volume otak yang berkisar antara 750 – 1350 cc.
- Memiliki
tinggi badan sekitar 165 – 180 cm.
- Badannya
tegap tetapi tidak setegap Meganthrophus.
- Memiliki
tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis.
- Memiliki
hidung yang lebar dan tidak berdagu.
- Memiliki
rahang yang kuat dan gigi geraham yang besar.
- Makanannya
berupa daging hewan buruan dan tumbuh – tumbuhan.
3. Homo
- Homo
Soloensis
Jenis fosil ini ditemukan di daerah Ngandong, Lembah
Bengawan Solo tepatnya disekitar sungai Bengawan Solo oleh Von Koeningswald dan
Weidenrich antara tahun 1931 – 1934. Fosil yang berhasil ditemukan hanyalah
berupa tulang tengkorak. Homo Soloensis diperkirakan sudah hidup diantara
rentang tahun 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu.
Kehidupannya pun sudah lebih maju dengan adanya berbagai
peralatan untuk bertahan hidup. Sebagian ahli menggolongkan Homo Soloensis
dengan Homo Neanderthalensis. Homo Neanderthalensis sendiri merupakan jenis
manusia purba Homo Sapiens dari Asia, Eropa dan Afrika yang berasal dari
lapisan Pleistosen atas. Selain itu, menurut Von Koegniswald, Homo
Soloensis memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Pithecanthrophus Erectus.
Adapun ciri – ciri dari Homo Soloensis antara lain :
- Volume
otak antara 1000-1300 cc.
- Memiliki
tinggi badan 130 – 210 cm.
- Wajahnya
tidak menonjol ke depan.
- Berjalan
tegap dengan dua kaki (bipedal) sehingga cara berjalannya lebih sempurna.
- Otot
tengkuknya mengalami penyusutan.
Ditemukan pula hasil dari kebudayaan manusia purba Homo
Soloensis yaitu kapak genggam atau kapak perimbas, alat – alat serpih,
peralatan yang terbuat dari tulang, dan peralatan zaman dahulu lainnya.
- Homo
Wajakensis
Jenis fosil ini ditemukan oleh Eugene Dubois di Wajak,
Tulungagung, Jawa Timur pada tahun 1889. Fosil yang berhasil ditemukan hanya
berupa tulang tengkorak, rahang bawah dan beberapa ruas tulang leher.
Diperkirakan bahwa Homo Wajakensis merupakan nenek moyang dari ras Australoid
yang merupakan penduduk asli Australia. Adapun ciri – ciri dari Homo Wajakensis
antara lain :
- Memiliki
hidung yang lebar dan bagian mulut yang menonjol.
- Memiliki
wajah lebar dan datar.
- Tulang
tengkorak membulat.
- Memiliki
tonjolan yang sedikit mencolok di dahi.
- Homo
Floresiensis
Jenis fosil ini ditemukan oleh tim arkeologi gabungan dari
Puslitbang Arkeologi Nasional, Indonesia dan University Of New England,
Australia pada tahun 2003 saat melakukan penggalian di Liang Bua, Flores. Ketika
penggalian sudah mencapai kedalaman lima meter, ditemukan kerangka mirip
manusia yang belum menjadi fosil dengan ukuran yang sangat kerdil. Diperkiran
hidup diantara 94.000 – 13.000 tahun SM. Adapun ciri – ciri dari Homo
Floresiensi antara lain :
- Memiliki
badan yang tegap.
- Berjalan
dengan dua kaki (bipedal).
- Tinggi
badannya kurang dari satu meter.
- Volume
otaknya sekitar 417 cc.
- Tidak
mempunyai dagu.
Perkembangan dari Homo Soloensis dan Homo Wajakensis lebih
lanjut disebut Homo Sapiens. Homo Sapiens perkembangannya lebih sempurna
daripada homo lainnya. Hal itu dapat dilihat dari cara berpikirnya meskipun
masih sangat sederhana tetapi setidaknya lebih maju daripada homo lainnya. Oleh
karena itulah, disebut sebagai Homo Sapiens yang berarti manusia yang cerdas
dan diperkirakan hidup 40.000 tahun yang lalu setelah masa – masa penelitian.
Homo Sapiens memiliki postur tubuh yang sama dengan manusia
zaman sekarang tetapi masih hidup secara nomaden yang artinya berpindah dari
tempat yang satu ke tempat yang lain. Jenis homo ini diperkirakan
merupakan nenek moyang dari bangsa Indonesia.
(sumber : https://sejarahlengkap.com/pra-sejarah/jenis-jenis-manusia-purba-di-indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar