KERAJAAN SAMUDRA PASAI
salah satu kerajaan yang tertua yang telah ditemukan di indonesia adalah kerajaan samudra pasai, dikutip dari website acehprov.go.id kerajaan pasai terletak pesisir utara Sumatera di wilayah Aceh tepatnya di dekat Kota Lhokseumawe, berada di Selat Malaka adapun keterangannya sebagai berikut.
1. Letak Geografis
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan bercorak Islam pertama di Indonesia. Kerajaan Samudera Pasai berada di wilayah yang strategis yaitu di pesisir utara Sumatera di wilayah Aceh tepatnya di dekat Kota Lhokseumawe, berada di Selat Malaka yang merupakan wilayah jalur perdagangan rempah – rempah pada masanya. Hal ini menyebabkan Samudera Pasai menjadi salah satu pusat perdagangan di Indonesia.
2. Kehidupan Ekonomi
Pada masa kejayaannya, Samudera Pasai berkembang pesat sebagai bandar transito dan perdagangan internasional. Dengan demikian, Samudera Pasai menggantikan peranan Sriwijaya di wilayah Selat Malaka. Kerajaan Samudera Pasai memiliki pengaruh kuat kepada bandar perdagangan lain seperti di Pidie, Perlak dan lain – lain. Komoditas penjualan di Samudera Pasai diantaranya lada, sutra, kapur, beras dan emas dalam jumlah besar. Samudera Pasai menjalin hubungan perdagangan dengan kerajaan di Arab dan India. Mata uang yang digunakan dalam perdagangan adalah uang emas bernama dirham sebagai mata uang resmi dari kerajaan Samudera Pasai. Selain berkembang sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai pada masa kejayaannya juga merupakan pusat perkembangan agama Islam.
Peta samudra pasai
3. Kehidupan Politik
Kerajaan Samudera Pasai berdiri pada tahun 1267 M setelah raja Meurah Silu masuk ke agama Islam dan berganti nama menjadi Sultan Malik Al Saleh. Sultan Malik Al Saleh memerintah Samudera Pasai pada tahun 1285 – 1297 M. Pada masa pemerintahannya, Sultan Malik Al Saleh pernah didatangi musafir dari Italia bernama Marcopolo pada tahun 1292. Melalui catatan Marcopolo dapat disimpulkan bahwa raja Samudera Pasai bergelar Sultan.
Kerajaan Samudera Pasai berhasil mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik Az Zahir atau Sultan Malik al Tahir II (1326-1345).
Silsilah Raja – Raja Samudera Pasai
1. Sultan Malikul Saleh (1267-1297 M)
2. Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297-1326 M)
3. Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (1326 ± 1345
4. Sultan Malik Az-Zahir (?- 1346)
5. Sultan Ahmad Malik Az-Zahir yang memerintah (ca. 1346-1383)
6. Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir yang memerintah (1383-1405)
7. Sultanah Nahrasiyah, yang memerintah (1405-1412)
8. Sultan Sallah Ad-Din yang memerintah (ca.1402-?)
9. Sultan yang kesembilan yaitu Abu Zaid Malik Az-Zahir (?-1455)
10. Sultan Mahmud Malik Az-Zahir, memerintah (ca.1455-ca. 1477)
11. Sultan Zain Al-‘Abidin, memerintah (ca.1477-ca.1500)
12. Sultan Abdullah Malik Az-Zahir, yang memerintah (ca.1501-1513)
13. Sultan Zain Al’Abidin, yang memerintah tahun 1513-1524
4. Sumber Sejarah Kerajaan Samudera Pasai
Sumber sejarah yang menerangkan keberadaan Kerajaan Samudera Pasai adalah makam raja – raja Pasai di kampung Gedong, Aceh Utara. Makam tersebut berada di Desa Beuringin, dekat reruntuhan pusat kerajaan yang berjarak sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe. Salah satu makam yang ada di wilayah tersebut diidentifikasi sebagai makam dari Sultan Malik Al Saleh. Pada makam tersebut bertuliskan teks 1360 H yang menandai dimulainya masa perkembangan sastra Melayu klasik di Nusantara.
Catatan Ibnu Batutah yang merupakan utusan dari Sultan Delhi menjelaskan bahwa Samudera Pasai merupakan pelabuhan penting dan istananya diatur seperti gaya India. Selain itu juga disebutkan bahwa patihnya bergelar Amir.
4. Karya Sastra
Sebagai kerajaan besar, Samudera Pasai juga berkembang karya sastra yang baik. Karya sastra yang dikembangkan mengadaptasi bahasa arab yang masuk ke wilayah Sumatera. Inilah yang kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi. Salah satu dari karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai. Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Bahasa Melayu tersebut kemudian juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk menuliskan buku-bukunya.
Sejalan dengan berkembangnya karya sastra, berkembang pula ilmu tasawuf. Salah satu buku tasawuf yang diterjemahkan ke bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya Maulana Abu Ishak. Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Makhdum Patakan, atas permintaan dari Sultan Malaka. Informasi di atas menceritakan sekelumit peran yang telah dimainkan oleh Samudera Pasai dalam posisinya sebagai pusat tamadun Islam di Asia Tenggara pada masa itu.
Sumber : https://acehprov.go.id/berita/kategori/jelajah/kerajaan-samudera-pasai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar