Tentang buku ini, eummm
saya recommended sekali buat kalian untuk mebacanya, yaaah meskipun memang saya
baru akhir-akhir ini suka terhadap novel karena selama ini yang saya senangi
hanya film-film bioskop, dalam membaca novel mungkin masih hitungan jari saya
membacanya, tak banyak karena saya pada awalnya tak suka berimajinasi melalui
buku, melalui film lebih visual dan saya lebih suka itu.
Saya bukan ahli sastra,
belum mengerti bagaimana menulis yang baik bahkan mengarang cerita pun saya masih
belum mampu, tapi percaya atau tidak buku ini sanggup merubah persepsi saya
tentang sebuah novel, karena buku ini saya jadi lebih penasaran tentang cerita-cerita
novel, buku ini menambah minatku terhadap dunia sastra indonesia, bahkan saya
yang sekarang sedang mengambil jurusan pendidikan sejarah tingkat akhir
berfikir “apakah saya perlu kuliah lagi di bidang sastra” karena jujur pada
awalnya saya kuliah sejarah itu karena kebutuhan saya sebagai seorang guru,
tapi tak ada hubungannya dengan latar belakang saya, mari kita berbicara
tentang novel ini dengan kesan-kesan selama saya membaca lembar tiap lembar
sampai akhirnya tamat dan membuatku berderai air mata (hahaha lebay).
Berlatar cerita pada
abad ke 19 buku ini di awali dengan keterangan seorang tokoh utama bernama
minke yang menjelaskan tentang kemajuan umat manusia di zamannya, di awal
halaman buku ini saya belum terlalu antusias dalam membacanya terlebih pada
waktu itu saya membaca di elf jurusan bandung-garut yang kondisinya tak
mendukung mood saya untuk membaca malah membuat kepala pusing dan pengennya
tidur.
Dari bahasa awal nya
mungkin karena buku ini ditulis sebelum tahun 2000an oleh pengarangnya maka
saya pun berprasangka bahwa gaya bahasanya akan sedikit banyak tidak saya
mengerti, tapi jutru disanalah ketika setelah bab pertama saya baca dan belum
menarik minat saya dalam membaca novel ini akhirnya saya diamkan buku itu
sampai beberapa hari, bahkan mungkin minggu karena prasangka awal saya yang
udah jelek.
Tapi di suatu malam yang dingin dan berselimutkan
sepi (cieeee) hati ini seolah sepi tak ada yang menemani (efek jomblo mah gini
wkwkwk) maka saya melihat buku ini tergeletak tak berdaya di meja tamu saya dan
buku itu tergeletak lama sampai akhirnya dia meraung padaku seolah ingin
dibaca, maka mulailah saya melanjutkan membaca buku ini.
Saya lanjut bab ke dua,
dimulai dari tokoh minke yang katanya selalu membayangkan melalui lukisan seorang
ratu belanda yang termat cantik juga rupawan, dia memabayangkan bahwa ratu ini
amat sangat didambakan oleh para pria, dan setelah itu kepergog sama sahabatnya
Suhrouf (kira kira gituh lah nulis namanya) dia mengejek minke yang selalu
berhayal tentang ratu belanda tersebut, akhirnya singkat cerita si suhrof ini
menantang minke untuk berbicara dan menyatakan perasaannya kepada gadis yang cantik
percampuaran belanda indonesia atau dalam kala lain bisa disebut indo.
Dari sini mulai kesan menarik
dapat aku rasakan dalam setiap kata yang ditulis oleh seorang pengarang novel,
mulai dari bagaimana watak si gadis cantik bernama annelies yang cantik nan
rupawan dan nantinya akan menjadi istri minke, bagaimana kaka annelies yang
egois dan memiliki watak rasis tinggi terhadap pribumi bernama Robert Millema,
seorang nyai (bisa saya katakan budak/dalam buku ini disebut gundik) yang
pemikirannya jauh melampaui anggapan orang – orang pada waktu itu, ia bernama
nyai antosoroh dan majikan nyai antosoroh yang orang belanda juga yang
mengajarkan nyai berbagai macam ilmu dari mulai membaca dll, namun watak
majikannya itu berubah seketika dan menjadi seorang pemabuk dan kacau lah pkona
mah, ia bernama Maurits Millema, lalu ada jean dll yang semuanya memiliki
karakter yang menarik menurut saya dan dikemas dengan alur cerita yang apik dan
sehingga imajinasi ini tak diberi kesempatan untuk bertanya kembali tentang apa
yang dituliskan pengarang, semua seolah tergambar jelas seperti film-film
bioskop dalam imajinasiku.
Ku baca lembaran demi
lembaran buku tersebut mulai dari bagaimana seorang minke bertemu dengan
annelies, tentang perjuangan cinta 2 insan dan bagaimana keluarga itu diuji,
sampai saya kira cerita itu akan berkahir di saat minke dan analies menikah,
namun ternyata tidak, penulis rupanya membuat akhir ceritanya denga amat sangat
menyedihkan, bagaimana ternyata keluarga millema yang dibelanda menuntut hak
atas harta Millema yang waktu itu diceritakan Millema sudah wafat, berikut juga
keluarga Millema menginginkan Annelies untuk kembali ke belanda, dan ini nih
yang sedihnya di bagian ini, bayanganku tertuju pada seorang ibu yang telah
melahirkannya, mendidiknya dengan susah payah sampai menjadi Annelies yang luar
biasa, tapi tidak di akui di hadapan orang-orang belanda dan akhirnya annelies
harus dibawa ke belanda meninggalkan ibunya, suaminya dan tempat dimana dia
dibesarkan, oh god, saya membayangkan bagaimana ibu itu yakin sakitnya luar
biasa, apalagi saya membayangkan seorang minke sebagai seorang suami yang harus
kehilangan istrinya, walaaah itu ending yang sayang luar biasa saya terenyuh.
(lebay deh)
Tapi dilain hal selain
dari alurnya yang menarik, saya mendapatkan gambaran menarik tentang bagaimana
kondisi sosial masyarakat pada waktu itu yang saya sendiri tidak menemukannya
dalam buku-buku sejarah yang telah saya baca, bagaimana setatus pribumi sebagai
penduduk asli pada waktu itu, juga bagaimana belanda bersikap semena mena
terlebih dalam membuat keputusan keputusan pemerintahannya, saya tak tau pasti
apakah itu memang keadaan asli pada waktu itu, atau agak rekayasa sedikit namun
saya rasa kondisi itu masih terasa sampai sekarang, kalau dulu yang adalah
seorang pribumi dan penjajah, maka kondisi di zaman sekarang adalah si kaya dan
si miskin, atau si miskin dengan si punya jabatan, entahlah, yang pasti buku
ini amat sangat menarik, mungkin nanti saya akan membaca seluruh buku-bukunya
pramoedya dan nanti saya akan share kembali bagaimana kesan kesan saya dalam
membaca setiap buku yang saya baca, terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar