Selasa, 16 Oktober 2018

KELOMPOK 5


KERAJAAN ISLAM DI SULAWESI

1.    Kerajaan Gowa-Tallo
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada dibawah Kabupaten Gowa dan daerah sekitarnya yang dalam bingkai negara kesatuan RI dimekarkan menjadi Kotamadya Makassar dan kabupaten lainnya. Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap Belanda yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang berasal dari Suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka. Tapi perang ini bukan berati perang antar suku Makassar – suku Bugis, karena di pihak Gowa ada sekutu bugisnya demikian pula di pihak Belanda-Bone, ada sekutu Makassarnya. Politik Divide et Impera Belanda, terbukti sangat ampuh disini. Perang Makassar ini adalah perang terbesar Belanda yang pernah dilakukannya di abad itu.
Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar lain menyebutkan empat orang yang mendahului datangnya Tumanurung, dua orang pertama adalah Batara Guru dan saudaranya.
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di bawah Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang dikuasai oleh satu wangsa Suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka. Perang Makassar bukanlah perang antarsuku karena pihak Gowa memiliki sekutu dari kalangan Bugis; demikian pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu orang Makassar. Perang Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah dilakukannya di abad ke-17.
Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk Robandang/Dato’ Ri Bandang dari Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan raja Makasar pun memeluk agama Islam. Raja Makasar yang pertama memeluk agama Islam adalah Sultan Alaudin. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan Makasar berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan raja Muhammad Said (1639 – 1653).

Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa pemerintahannya Makasar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan perdagangan Makasar. Ia berhasil menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan Bone.Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat. Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.
Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar mengadakan persetujuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.
Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan Makasar.
Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:
  • VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
  • Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
  • Makassar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar Makasar.
  • Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.
Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan Belanda.Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makasar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya.
Sepeninggal Hasanuddin, Makassar dipimpin oleh putranya bernama napasomba. Sama seperti ayahnya, sultan ini menentang kehadiran belanda dengan tujuan menjamin eksistensi Kesultanan Makasar. Namun, Mapasomba gigih pada tekadnya untuk mengusir Belanda dari Makassar. Sikapnya yang keras dan tidak mau bekerja sama menjadi alasan Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran. Pasukan Mapasomba berhasil dihancurkan dan Mapasomba sendiri tidak diketahui nasibnya. Belanda pun berkuasa sepenuhnya atas kesultanan Makassar.


2.    Kerajaan ternate-tidore
Sejarah dan Asal Usul Kerajaan Ternate dan Tidore – Pada abad ke-15, agama Islam mulai menyebar di kepulauan Maluku dengan perantara pedagang dan ulama dariJawa dan Malaka.
Setelah masuknya Islam, munculah empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yang terdiri dari:
  • Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin
  • Kesultanan Tidore yang dipimpinSultan Mansur
  • Kesultanan Jailolo yang dipimpinSultan Sarajati
  • KesultananBacan yang dipimpinSultan KaicilBuko
Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di sebelah Pulau Halmahera, Maluku Utara. Dua kerajaan tersebut berperan besar dalam melindungi Maluku dari pihak luar yang ingin menguasai wilayahnya.
Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan pusat perdagangan dan daerah penghasil rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh.
Kerajaan Tidore menguasai Maluku bagian timur dan daerah di pantai-pantai Papua, sedangkan Kerajaan Ternatemenguasai sebagian besar wilayah Maluku, Gorontalo, Banggai di Sulawesi, Flores, dan Mindanao.
Puncak kejayaan Kerajaan Ternate terjadi pada masa kepemimpinanSultan Baabullah, sedangkan di Kerajaan Tidore pada masa kepemimpinan Sultan Nuku.
Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki persaingandalam perdagangan. Persaingan tersebut menimbulkan dua persekutuan dagang, yaitu:
  • Uli-Lima (Persekutuan Lima Bersaudara) yang dipimpinoleh Ternate. Terdiri dari Bacan, Seram, Obi, dan Ambon.
  • Uli-Siwa (Persekutuan Sembilan Bersaudara) yang dipimpinolehTidore. Terdiri dari Halmahera, Jailalosampaike Papua.
Raja-Raja Kerajaan Ternate dan Tidore
Raja Ternate yang pertama adalah Syahadati alias Muhammad Naqal yang mulai memimpin pada tahun 1081.
Raja Ternate yang kesembilan, Cirililiyah, adalah raja Ternate yang pertama kali bersedia memeluk agama Islam, ia kemudian mendapat gelar Sultan Jamalluddin.
Menurut catatan Portugis, Islam masuk ke Kerajaan Tidore pertama kali pada tahun 1471.
Kehidupan Politik Kerajaan Ternate dan Tidore
Saat bangsa Portugis datang, mereka langsung memihak dan membantu Kerajaan Ternate. Portugis mengira Kerajaan Ternate lebih kuat.
Begitu pula bangsa Spanyol yang memihak Kerajaan Tidore. Terjadilah peperangan antara keduanya, yang akhirnya diselesaikan dengan perjanjian Saragosa yang dibuat oleh Paus.
Dalam perjanjian tersebut,Portugis tetap di Maluku sedangkan Spanyol harus pergi dan pindah ke Filipina.
Kemudian, untuk dapat memperkuat kedudukannya di Maluku, Portugis mendirikan sebuah benteng yang bernama Benteng Santo Paulo.
Namun, semakin lama rakyat Kerajaan Ternate semakin membenci bangsa Portugis. Hingga akhirnyadi bawah pimpinan Sultan Hairun, Kerajaan menentang politik monopoli yang dilakukan Portugis dan melakukan perlawanan.
Putra dari Sultan Hairun, Sultan Baabullah bangkit melawan Portugis. Akhirnya pada tahun 1575 M, Portugis dapat dikalahkan dan pergi dan Benteng.
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Ternate dan Tidore
Tanah di kepulauan Maluku subur dan banyak menghasilkan cengkeh dan pala. Pada abad ke 12 M, terjadi kenaikan permintaan rempah-rempah.
Pesatnya perkembangan perdagangan di Maluku menyebabkan terbentuknya persekutuan dagang yaitu Uli-Lima dan Uli Siwa.
Selain di perdaganan,masyarakat juga memiliki mata pencaharian di bidang perikanan untuk mendukung ekonomi mereka.
Kehidupan Sosial dan Budaya Kerajaan Ternate dan Tidore
Kedatangan Portugis di Maluku awalnya adalah untuk berdagang, membeli rempah-rempah, dan menyebarkan agama Katolik. Pada tahun 1534,Fransiscus Xaverius, seorang missionaris Katolik telah berhasil menyebarkan agama Katolik di Halmahera, Ternate, dan Ambon.
Sebelumnya di Maluku telah berkembang agama Islam. Untuk sektor budaya, salah satu karya seni bangunanyang memiliki nilai kebudayaan adalah Istana Sultan Ternate dan Masjid kuno di Ternate.
Kehancuran Kerajaan Ternate dan Tidore
Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena adanya adu domba dengan Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh Portugis dan Spanyol.

Setelah menyadari bahwa sedang diadu domba, kedua Kerajaan ini kemudian bersatu untuk melawan Portugis dan Spanyol dan berhasil mengusir mereka.
Kemenangan tersebut ternyata tidak bertahan lama. VOC datang untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku. VOC kemudian berhasil menaklukkan Ternate.

(Bahan Ajar Untuk Siswa SMK 1 Juli Cikajang)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar